Selasa, 24 April 2012

Tentang Rindu
Jika bintang-bintang sudah tidak dapat lagi menemani
Biarlah ku nikmati kesunyian ini
Jika puisi indah sudah tak dapat lagi mewakili perasaan ini
Biarlah ku nikmati kehampaan ini
Mungkin air mata yang tulus
Akan lebih bermakna daripada tawa penuh dusta
Semoga kerinduan ini kan segera berakhir
Seiring ku dapatkan kerinduan baru yang lebih bermakna
Dan dapat membuat ku bahagia.


Kerinduan
Meski sejenak bertemu, aku bahagia bisa kembali melihatmu
Di batas-batas kerinduan dan kehampaan tak terasa airmata menetes di pipiku
Hati yang mati, tiba-tiba terjaga dan berkata bahwa sesungguhnya rasa masih ada
Baru kumengerti bahwa rasa tak pernah pergi dan sepertinya takkan terganti
Sekeras apapun kumencoba, selemah apapun daya tuk mengingatnya
Hati miliki pilihannya sendiri yang tak bisa diatur oleh akal
Kukira aku sudah berhenti berharap di sekian waktu yang lalu
Kukira aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu
Kukira aku takkan lagi melihatmu seindah seperti dulu
Hingga kemarin aku tahu bahwa segalanya tak ada yang berubah
Hanya setumpuk perkiraanku saja yang salah



Cinta dan Rinduku Padamu
Adakah engkau disana sepertiku
Memasuki dunia hayalanku yang mencaci
Aku berhayal berduaan dengan mu
Dimana aku dapat tertawa bersamamu, menggenggam tanganmu
Wahai cintaku disana
Mengapa kau tak mengenaliku
Kau tak tahu apa yang ada di hatiku
Kau tak tahu jika aku memandingi wajah indahmu
Adakah engkau disana sepertiku
Yang tidak sadarkan diri akan cinta yang bersemi
Yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan
Saat berhadapan dengan mu
Aku yang terkurung di ruang cinta dan kerinduan ku
Tak dapat berucap padamu, bahkan walau telah menyentuhmu
Setiap menatap matamu terasa menusuk ke jantung hati ku
Engkau cintaku, cinta terpendamku
Engkau rinduku, 





Selasa, 13 Maret 2012

TUGAS ECOTOURISM, KEL 2

Ekowisata Belum Optimal


Posted: Thursday, May 13, 2010 by Karis As A Trader in Labels: berita ekowisata
Senin, 10 Mei 2010 | 13:58 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Optimalisasi potensi ekowisata Bandung selatan butuh sinergi dari empat elemen utama, yakni pemerintah, masyarakat setempat, pengelola hutan, dan pihak swasta. Jika dikelola dengan tepat, kawasan ini dinilai memiliki prospek wisata alam dan budaya melebihi wilayah Bandung utara yang kini sudah terlalu padat.

Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung Dicky Anugerah, Sabtu (8/5) di sela-sela pembukaan kembali Wanawisata Kawah Putih di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, mengatakan, potensi wisata alam dan budaya Bandung selatan yang terbentang di sekitar Gunung Patuha tidak kalah dibandingkan dengan Bandung utara. "Jika dibandingkan dengan Lembang di Bandung utara, ekologi daerah Ciwidey bahkan masih lebih terjaga," tuturnya.

Hanya, Dicky mengakui, infrastruktur penunjang di kawasan wisata Bandung selatan belum maksimal. Akses jalan mulai dari pusat Kota Bandung, terutama, masih sempit dan selalu macet. Padahal, bagi wisatawan, apalagi wisatawan mancanegara, kenyamanan wisata termasuk kelancaran transportasi adalah syarat mutlak.

Namun, Pemerintah Kabupaten Bandung tidak mampu berbuat banyak karena akses utama menuju Ciwidey termasuk jalan provinsi. Artinya, pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jalan tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Kami sudah beberapa kali meminta kepada Dinas Bina Marga Jabar supaya memperlebar jalan yang sangat sempit itu. Namun, hingga kini belum terealisasi," ujarnya. Karena padatnya permukiman di sisi kiri dan kanan jalan, pelebaran tentu akan bersinggungan dengan kepentingan warga setempat.

Selain Kawah Putih, beberapa tujuan wisata lain di Bandung selatan adalah Situ Patengan, pemandian air panas Cimanggu, penginapan dan resor Patuha, serta tempat penangkaran rusa di Rancaupas. Selain itu, Pemkab Bandung berencana membangun desa wisata di Desa Alamendah dan Patengan, Kecamatan Rancabali; Desa Sugihmukti dan Cukanggenteng, Kecamatan Pasirjambu; Desa Panundaan dan Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey; serta Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan. Desa-desa tersebut memiliki potensi alam, budaya, kerajinan khas, agrowisata, dan peternakan.

Bertaraf internasional

Sementara itu, General Manager Agroforestri Ekowisata dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III Jabar-Banten Taufik Rahardjo menambahkan, setelah ditata dan direhabilitasi sejak 16 Maret, wanawisata Kawah Putih diyakini lebih menarik wisatawan. "Karena merupakan ekowisata yang sangat eksotis, fokus perhatian kami adalah menjaga kenyamanan wisatawan dan juga kondisi alam," ujarnya.

Saat ini, dari nilai minimal 60 yang dijadikan standar bagi ekowisata bertaraf internasional oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Kawah Putih baru mencapai nilai 54. Namun, Taufik optimistis, dengan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat, citra obyek wisata yang dikelola Perhutani tersebut akan terus meningkat.

Sebagai salah satu strategi pemasaran, Perhutani membuka gerai paket wisata di sejumlah titik strategis, seperti Bandung serta kawasan industri Jababeka di Bekasi dan Tangerang. Penempatan gerai di sejumlah kawasan industri diharapkan bisa mendatangkan wisatawan asing yang banyak bekerja di tempat tersebut. "Jika pada tahun-tahun sebelumnya pendapatan wanawisata Kawah Putih hanya sekitar Rp 4 miliar, kami menargetkan pada 2010 ini dapat mencapai Rp 10 miliar," ungkap Taufik. (GRE)

EKOWISATA BELUM OPTIMAL




BANDUNG, KOMPAS - Optimalisasi potensi ekowisata Bandung selatan butuh sinergi dari empat elemen utama, yakni pemerintah, masyarakat setempat, pengelola hutan, dan pihak swasta. Jika dikelola dengan tepat, kawasan ini dinilai memiliki prospek wisata alam dan budaya melebihi wilayah Bandung utara yang kini sudah terlalu padat.

Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung Dicky Anugerah, Sabtu (8/5) di sela-sela pembukaan kembali Wanawisata Kawah Putih di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, mengatakan, potensi wisata alam dan budaya Bandung selatan yang terbentang di sekitar Gunung Patuha tidak kalah dibandingkan dengan Bandung utara. "Jika dibandingkan dengan Lembang di Bandung utara, ekologi daerah Ciwidey bahkan masih lebih terjaga," tuturnya.

Hanya, Dicky mengakui, infrastruktur penunjang di kawasan wisata Bandung selatan belum maksimal. Akses jalan mulai dari pusat Kota Bandung, terutama, masih sempit dan selalu macet. Padahal, bagi wisatawan, apalagi wisatawan mancanegara, kenyamanan wisata termasuk kelancaran transportasi adalah syarat mutlak.

Namun, Pemerintah Kabupaten Bandung tidak mampu berbuat banyak karena akses utama menuju Ciwidey termasuk jalan provinsi. Artinya, pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jalan tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Kami sudah beberapa kali meminta kepada Dinas Bina Marga Jabar supaya memperlebar jalan yang sangat sempit itu. Namun, hingga kini belum terealisasi," ujarnya. Karena padatnya permukiman di sisi kiri dan kanan jalan, pelebaran tentu akan bersinggungan dengan kepentingan warga setempat.

Selain Kawah Putih, beberapa tujuan wisata lain di Bandung selatan adalah Situ Patengan, pemandian air panas Cimanggu, penginapan dan resor Patuha, serta tempat penangkaran rusa di Rancaupas. Selain itu, Pemkab Bandung berencana membangun desa wisata di Desa Alamendah dan Patengan, Kecamatan Rancabali; Desa Sugihmukti dan Cukanggenteng, Kecamatan Pasirjambu; Desa Panundaan dan Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey; serta Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan. Desa-desa tersebut memiliki potensi alam, budaya, kerajinan khas, agrowisata, dan peternakan.

Bertaraf internasional

Sementara itu, General Manager Agroforestri Ekowisata dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III Jabar-Banten Taufik Rahardjo menambahkan, setelah ditata dan direhabilitasi sejak 16 Maret, wanawisata Kawah Putih diyakini lebih menarik wisatawan. "Karena merupakan ekowisata yang sangat eksotis, fokus perhatian kami adalah menjaga kenyamanan wisatawan dan juga kondisi alam," ujarnya.

Saat ini, dari nilai minimal 60 yang dijadikan standar bagi ekowisata bertaraf internasional oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Kawah Putih baru mencapai nilai 54. Namun, Taufik optimistis, dengan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat, citra obyek wisata yang dikelola Perhutani tersebut akan terus meningkat.

Sebagai salah satu strategi pemasaran, Perhutani membuka gerai paket wisata di sejumlah titik strategis, seperti Bandung serta kawasan industri Jababeka di Bekasi dan Tangerang. Penempatan gerai di sejumlah kawasan industri diharapkan bisa mendatangkan wisatawan asing yang banyak bekerja di tempat tersebut. "Jika pada tahun-tahun sebelumnya pendapatan wanawisata Kawah Putih hanya sekitar Rp 4 miliar, kami menargetkan pada 2010 ini dapat mencapai Rp 10 miliar," ungkap Taufik. (GRE)